PENGARUH FREKUENSI BLANCHING TERHADAP TINGKAT KESUKAAN MASYARAKAT TERHADAP TEH DAUN KELOR
Irma Dwi Oktaviani, 5401416027 (2021) PENGARUH FREKUENSI BLANCHING TERHADAP TINGKAT KESUKAAN MASYARAKAT TERHADAP TEH DAUN KELOR. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.
PDF (PENGARUH FREKUENSI BLANCHING TERHADAP TINGKAT KESUKAAN MASYARAKAT TERHADAP TEH DAUN KELOR)
- Published Version
Restricted to Repository staff only Download (5MB) | Request a copy |
Abstract
Teh sebagai bahan minuman dibuat dari pucuk muda daun teh yang telah mengalami proses pengolahan tertentu. Pada masa kini minuman teh tidak hanya menggunakan daun teh saja, akan tetapi dapat menggunakan tanaman lain seperti halnya daun kelor. Daun kelor kaya akan manfaat, namun banyak masyarakat yang tidak suka dikarenakan bau langu yang khas dari daun kelor. Bau langu tersebut disebabkan karena daun kelor memiliki enzim lipoksidase yang biasa terdapat pada sayuran hijau yang menjadi penyebab bau langu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun kelor dengan perbedaan frekuensi blanching, (2) mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap kemasan atau brand/merk, (3) mengetahui kandungan kadar protein dan zat besi yang terdapat pada teh daun kelor dengan perbedaan frekuensi blanching, dan (4) mengetahui unit Break Even Point (BEP) tercapai pada produk teh daun kelor dengan perbedaan frekuensi blanching. Obyek penelitian ini adalah teh daun kelor dengan perbedaan frekuensi blanching 0x blanching atau tanpa blanching, 1x blanching, dan 2x blanching. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental design dengan one-short case study. Variabel bebas dari penelitian ini adalah frekuensi blanching 0x blanching atau tanpa blanching, 1x blanching, dan 2x blanching. Variabel terikatnya adalah tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun kelor dan kandungan gizi meliputi kandungan kadar protein dan zat besi. Variabel kontrolnya adalah jenis dan jumlah bahan yang digunakan, alat yang digunakan, dan proses pembuatan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penilaian subyektif untuk uji kesukaan produk teh daun kelor dan brand/merk. Sedangkan untuk penilaian obyektif yaitu uji laboratorium dengan metode kjeldahl untuk kadar protein dan metode spectrofotometry untuk zat besi. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah panelis tidak terlatih sebanyak 80 orang dan lembar penilaian. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif prosentase untuk uji kesukaan, analisis secara kimiawi melalui hasil uji laboratorium untuk mengetahui kandungan kadar protein dan zat besi, dan perhitungan biaya produksi teh daun kelor. Hasil uji kesukaan teh daun kelor perbedaan frekuensi blanching dari aspek keseluruhan, warna hijau, aroma teh, rasa langu daun kelor, dan after taste pahit menunjukkan bahwa sampel BLC2 atau teh daun kelor dengan 2x blanching paling disukai oleh masyarakat dengan presentase sebesar 93,69%. Sampel teh daun kelor lainnya memiliki presentase yaitu pada sampel BLC1 atau teh daun kelor dengan 1x blanching sebesar 89,31% dan sampel teh daun kelor kontrol atau BLC0 atau tanpa blanching sebesar 92,75% yang masing-masing merupakan teh daun kelor yang sangat disukai masyarakat. Sedangkan hasil uji kesukaan brand/merk dari aspek kelengkapan informasi, kekontrasan warna, penataan template dan kesesuaian gambar menunjukkan bahwa sampel 1 merupakan sampel yang sangat disukai oleh masyarakat dengan presentase sebesar 81,06%. Pada sampel 2 dan 3 memiliki kriteria suka dengan presentase masing-masing sebesar 77,06% untuk sampel 2 dan 73,13% untuk sampel 3. Teh daun kelor masing-masing memiliki kadar protein dan zat besi yang berbeda. Untuk sampel BLC2 atau teh daun kelor 2x blanching yang paling disukai masyarakat memiliki kadar protein sebanyak 38,6632% dan zat besi sebanyak 36,9026 mg/100g. Sedangkan untuk sampel BLC0 dan BLC1 masing-masing memiliki kadar protein sebanyak 33,4435% dan zat besi sebanyak 64,5888 mg/100g untuk sampel BLC0, dan kadar protein sebanyak 31,7593% dan zat besi sebanyak 36,2587 mg/100g untuk sampel BLC1. Berdasarkan analisis break even point didapatkan harga jual teh daun kelor sebanyak Rp. 11.600,- per 50g, sehingga beak even point akan tercapai pada penjualan 500 unit. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa (1) tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun kelor tertinggi pada sampel BLC2 sebesar 93,69%, (2) tingkat kesukaan masyarakat terhadap kemasan atau brand/merk tertinggi pada sampel 1 sebesar 81,06%, (3) kandungan kadar protein tertinggi pada sampel BLC2 sebanyak 38,6632% dan zat besi tertinggi pada sampel BLC0 sebanyak 64,5888 mg/100g, dan (3) harga jual produk teh daun kelor sebanyak Rp. 11.600,- dan BEP sebanyak 500 unit.
Item Type: | Thesis (Under Graduates) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Teh, Daun Kelor, Blanching, Protein, Zat Besi, Break Even Point (BEP). |
Subjects: | T Technology > TY Pendidikan Kesejahteraan Keluarga > TY1 Kesejahteraan Keluarga S1 |
Fakultas: | Fakultas Teknik > Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, S1 |
Depositing User: | budi Budi santoso perpustakaan |
Date Deposited: | 15 Sep 2021 01:04 |
Last Modified: | 15 Sep 2021 01:04 |
URI: | http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/46291 |
Actions (login required)
View Item |