IDENTITAS GRUP CONGROCK 17 SEMARANG : KAJIAN POSKOLONIAL
GIZA ABEL ANNISA FURI, 0204517024 (2019) IDENTITAS GRUP CONGROCK 17 SEMARANG : KAJIAN POSKOLONIAL. Masters thesis, Universitas Negeri Semarang.
Preview |
PDF (IDENTITAS GRUP CONGROCK 17 SEMARANG : KAJIAN POSKOLONIAL)
Download (9MB) | Preview |
Abstract
Furi, G.A.A. 2019. Identitas Grup Congrock 17 Semarang: Kajian Poskolonial. Tesis. Program Studi Pendididikan Seni. Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dr. Udi Utomo, M.Si., Pembimbing II Dr. Sunarto, M.Hum. i-xvi, 1-172 hal. Kata kunci: Identitas, keroncong, poskolonial, Grup Congrock 17 Semarang Pembentukan identitas di tengah tingginya kemajemukan budaya merupakan permasalahan bangsa bekas terjajah, seperti Indonesia. Krisis identitas yang melanda tersebut disebabkan oleh politik identitas dalam suatu pembentukan identitas. Teori poskolonial digunakan untuk mengkritisi kekuasaan budaya dominan yang membantu untuk mengurai dan membangun kesadaran akan situasi krisis ini yaitu melalui konsep hibriditas dan mimikri. Grup congrock 17 Semarang membawa musik keroncong rock sebagai sebagai bentuk identitasnya yang kemudian memberikan ruang untuk mendeskripsikan posisi grup Congrock 17 Semarang. Oleh karena itu, peneitian in bertujuan untuk; (1) Memahami faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan genre keroncong rock pada identitas grup congrock 17 Semarang ditinjau dari fenomena politik identitas. (2) Menganalisis identitas Congrock 17 Semarang dalam kajian poskolonial. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan interdisiplin ilmu etnomusiklogi, kreativitas, dan sosiologi. Desain penelitian berupa studi kasus dan lokasi penelitian ditempat latihan jala pusponjolo Semarang Barat dan tempat perform Grup Congrock 17 Semarang. Data penelitian dikumpukan dengan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen. Teknik pengabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan metode. Teknik analisis data dilakukan mulai proses deskripsi data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan (verifikasi). Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Keroncong rock sebagai identitas musik grup congrock 17 salah satunya terbentuk akibat faktor hegemoni media dalam melakukan strategi globalisasi. Terpaan modernisasi media secara terus-menerus dalam menyebarkan rock saat itu dan pada kurun waktu yang panjang menjadi salah satu faktor kuat dalam pembentukan identitasnya. Interaksi sosial yang terjadi antara grup congrock 17 dengan masyarakat di lingkungannya juga turut berperan besar dalam pembentukan keroncong rock hingga mencapai popularitas pada saat ini. (2) Identitas keroncong rock terbentuk melalui mimikri dan hibriditas dalam sebuah kesepakatan yang memunculkan perilaku ambivalensi, yaitu perilaku meniru sekaligus melawan. Performance dan karya musik congrock 17 yang ditampilkan di atas panggungmenunjukan kesepakatan identitas budaya antara keroncong rock yang terbentuk dalam ruang ketiga. Implikasi yang diberikan penelitian mengenai grup congrock 17 Semarang, dapat menunjukan kepada masyarakat, musisi sekitar, generasi muda dan pemerintah daerah bahwa identitas hybrid keroncong rock juga mampu terlibat serta menjadi juru bicara kelompoknya dalam konteks kesenian daerah khususnya kota Semarang.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Kata kunci: Identitas, keroncong, poskolonial, Grup Congrock 17 Semarang |
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology > Local Wisdom L Education > L Education (General) N Fine Arts > NN Music N Fine Arts > NX Arts in general |
Fakultas: | Pasca Sarjana > Pendidikan Seni, S2 |
Depositing User: | S.S Eko Handoyo |
Date Deposited: | 20 Oct 2020 04:22 |
Last Modified: | 20 Oct 2020 04:22 |
URI: | http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/40265 |
Actions (login required)
View Item |