STRUKTUR TEKS SERAT PANITIBAYA


Galih Mardiyoga , 2102406566 (2010) STRUKTUR TEKS SERAT PANITIBAYA. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.

[thumbnail of STRUKTUR TEKS SERAT PANITIBAYA ]
Preview
PDF (STRUKTUR TEKS SERAT PANITIBAYA ) - Published Version
Download (561kB) | Preview

Abstract

Serat Panitibaya merupakan karya sastra lama yang menggunakan bahasa Jawa kuna. Serat Panitibaya berisi tentang ajaran moral yang terbingkai dalam 176 larangan dalam mengarungi kehidupan dan berbentuk puisi/tembang klasik dengan metrum macapat. Serat Panitibaya terdapat struktur, baik dari segi bentuk maupun esensinya. Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah struktur teks Serat Panitibaya? Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkap dan menemukan struktur teks Serat Panitibaya dengan teori strukturalisme semiotik model Tzvetan Todorov. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif yakni pendekatan yang memberi perhatian pada karya sastra sebagai sebuah struktur atau pendekatan yang menitikberatkan pada karya sastra atau teks sastra. Selain itu teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik interpretasi yang digunakan untuk membedah karya sastra serta untuk menganalisis struktur. Sumber data yang digunakan adalah teks Serat Panitibaya tulisan Sultan Agung tahun 1851. Tahap-tahap penelitian ini adalah menjelaskan struktur teks Serat Panitibaya melalui aspek sintaksis, aspek semantik, dan aspek verbal. Aspek sintaksis Serat Panitibaya merupakan rangkaian dari beberapa urutan peristiwa (aspek spasial) yang dimulai dengan tujuan pengarang tentang maksud penulisan Serat Panitibaya yang menjelaskan tentang 176 larangan sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan diperuntukkan kepada generasi muda agar tidak salah dalam melakukan tindakan di dunia. Pada aspek semantik dalam Serat Panitibaya memiliki makna dan simbol yaitu: (1) tembang macapat, (2) simbol dan makna Ketuhanan, (3) ketidaktulusan perkataan manusia, (4) panggilan nama, (5) orang yang tidak berpendirian, (6) simbol dan makna wanita, (7) simbol dan makna pemimpin, (8) orang yang bersifat sombong serta bermulut besar, (9) seorang pria bijaksana, dan (10) simbol dan makna kesopanan. Dalam aspek verbal, menjelaskan bahwa isi teks cerita ditulis dalam bentuk metrum macapat yang secara keseluruhan merupakan tembang Pangkur. Hal itu dikarenakan pada teks Serat Panitibaya berisi mengenai ajaran-ajaran kehidupan. selain itu juga terdapat pencerita dan ragam bahasa. Dalam ragam bahasa meliputi: diksi dan majas. Diksi dalam Serat Panitibaya berfungsi untuk memperoleh keindahan dari tetembangan yang ditembangkan. Selain itu diksi juga digunakan untuk menyesuaikan setiap vocal dari akhir larik tembang. Sedangkan majas digunakan untuk memperindah kata-kata dan kalimat yang digunkan dalam Serat Panitibaya. Majas-majas yang terdapat dalam Serat Panitibaya yakni: majas epiet, majas simile, majas hiperbola, dan majas metafora. Adapun saran dari hasil penelitian ini yaitu seyogyanya dapat mendukung dalam upaya penggalian dan pengenalan naskah Serat Panitibaya sebagai bentuk pelestarian karya sastra lama yang pada kenyataan sekarang bahwa naskah kuna tidak mendapat pehatian dari kalangan masyarakat. Diharapkan penelitian ini menjadi acuan dalam pengembangan teori strukturalisme semiotik model Tzvetan Todorov terhadap peneltian teks-teks sastra di Indonesia.

Item Type: Thesis (Under Graduates)
Uncontrolled Keywords: Strukturalisme, Semiotik, Serat Panitibaya.
Subjects: P Language and Literature > PQ Romance literatures
Fakultas: Fakultas Bahasa dan Seni > Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa (S1)
Depositing User: Users 98 not found.
Date Deposited: 27 Aug 2011 02:56
Last Modified: 25 Apr 2015 05:21
URI: http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/3860

Actions (login required)

View Item View Item