Makna Simbolis dan Nilai Estetis Kesenian Kuda Lumping Wahyu Budoyo Desa Legokkalong Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan
Meika Puji Lestari, 2501401057 (2005) Makna Simbolis dan Nilai Estetis Kesenian Kuda Lumping Wahyu Budoyo Desa Legokkalong Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.
Preview |
PDF (Makna Simbolis dan Nilai Estetis Kesenian Kuda Lumping Wahyu Budoyo Desa Legokkalong Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan)
- Published Version
Download (73kB) | Preview |
Abstract
Kesenian kuda lumping menyajikan unsur-unsur kesenian yang meliputi gerak, tata rias, tata busana, properti, sesaji, pawang dan iringan musik. Masing-masing unsur apabila diamati secara lebih lanjut mengandung makna simbolis dan nilai estetis dalam setiap penyajiannya menjadi latar belakang peneliti untuk mengulas kesenian kuda lumping secara terperinci. Permasalahan yang akan dikaji adalah makna simbolis dan nilai estetis kesenian kuda lumping. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui, memahami, dan mendeskripsikan makna simbolis dan nilai estetis dalam kesenian kuda lumping. Hasil penelitian kuda lumping ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para mahasiswa yang mempelajari dan mengkaji hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan pengetahuan mengenai makna simbolis dan nilai estetis kesenian kuda lumping, bagi kelompok kesenian kuda lumping hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan, gambaran, dan pengetahuan, bagi seniman hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam berkarya. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.Teknik analisis data meliputi mereduksi data, display atau penyajian data, dan menarik simpulan.Teknik keabsahan data menggunakan derajat kepercayaan yaitu triangulasi sumber Hasil penelitian diperoleh makna simbolis dan nilai estetis kesenian kuda lumping. Makna simbolis terdapat dalam penyajian gerak antara lain: gerak sadar yang menyimbolkan kehidupan manusia yang selalu berpandangan ke depan tanpa mengulangi kesalahan yang pernah dilakukannya, gerak tak sadar dalam adegan kesurupan menyimbolkan kehidupan manusia yang selalu menyekutukan dan menghianati Tuhan artinya manusia yang tidak mempercayai adanya Tuhan, properti yang mempunyai makna sebagai partner atau teman dalam melakukan suatu gerak artinya seorang manusia yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan atau uluran tangan dari orang lain, sesaji mempunyai sebagai permohonan izin kepada Tuhan dan roh nenek moyang agar diberi keselamatan artinya bahwa manusia mengakui adanya sesuatu yang lebih atau diagungkan dalam kehidupan di dunia, tata rias dapat mengubah karakter seorang penunggang kuda yang mempunyai makna bahwa seorang pemuda harus dapat menempatkan diri di lingkungan masyarakat serta berani membela kebenaran dan keadilan, tata busana menyimbolkan kesederhanaan yang artinya hidup di dunia harus menerapkan prinsip hidup sederhana secara apa adanya tanpa melebihlebihkan, iringan musik berupa seperangkat gamelan pengiring tari yang menyimbolkan seorang pemuda yang selalu siap untuk menolong sesamanya, dan pawang sebagai pengatur utama jalannya pertunjukan artinya dalam menjalani hidup di dunia, seorang manusia harus memiliki panutan atau contoh. Nilai estetis terdapat dalam gerak yang meliputi keseimbangan dan simetris gerak dalam tari kuda lumping dan dalam gerak tak sadar terdapat dalam setiap adegan yang selalu menyisipkan gerak tari kuda lumping. Nilai estetis tata rias terdapat dalam kemeriahan, ketebalan, dan warna yang mencolok dalam pemakaian riasan sehingga memunculkan karakter penari kuda lumping. Nilai estetis tata busana terdapat pada kemeriahan warna busana yang dipakai sehingga berkesan kurang praktis. Nilai estetis properti dalam setiap gerakan yang selalu menggunakan properti baik ditungangi maupun digerakkan, dan nilai estetis iringan musik terdapat pada kesesuaian gerak dengan iringan gamelan berlaras slendro dengan syair lagu pengiring Sluku-Sluku Bathok dan Waru Doyong. Bertolak dari masalah dan hasil temuan dalam penelitian ini saran-saran yang disarankan antara lain: bagi para penari khususnya penari putri perlu ditingkatkan ketegasan dan kegagahan gerak agar lebih jelas diketahui maknanya. bagi para pengrawit atau penabuh gamelan agar lebih memfokuskan irama gendhing agar sesuai dengan gerakan penari pada saat adegan kesurupan, bagi para penikmat seni diharapkan turut mendukung dan mempertahankan keberadaan kesenian kuda lumping dengan menyediakan tempat yang sesuai untuk pertunjukan kesenian kuda lumping.
Item Type: | Thesis (Under Graduates) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NX Arts in general |
Fakultas: | Fakultas Bahasa dan Seni > Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik, S1 (Pendidikan Seni Tari) |
Depositing User: | Users 98 not found. |
Date Deposited: | 23 Aug 2011 05:03 |
Last Modified: | 23 Aug 2011 05:04 |
URI: | http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/3663 |
Actions (login required)
View Item |