DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI KULINER LUMPIA SEMARANG TAHUN 1998-2017


AGUS FIYANI , 3111412029 (2019) DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI KULINER LUMPIA SEMARANG TAHUN 1998-2017. Under Graduates thesis, UNNES.

[thumbnail of 3111412029maria.pdf]
Preview
PDF - Published Version
Download (5MB) | Preview

Abstract

Etnis Tionghoa peranakan Semarang membaur dengan penduduk Semarang dan memunculkan akulturasi dari berbagai aspek, tak terkecuali kuliner. Salah satu hasil akulturasi budaya kuliner yang ada di Kota Semarang adalah kuliner lumpia. Kuliner lumpia dapat dikatakan sebagai hasil dari budaya yang menjadi identitas etnis peranakan Tionghoa Semarang. Kuliner lumpia hadir pertama kali pada abad ke 19 dan merupakan salah satu contoh perpaduan budaya asli Tionghoa dengan budaya Jawa yang serasi dalam cita rasa. Asal-usul keberadaan kuliner lumpia bermula dari saat Tjoa Thay Joe yang lahir di Fujian, memutuskan untuk tinggal dan menetap di Semarang. Metode yang digunakan adalah metode historis yang melalui empat tahap, yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tahap heuristik diperoleh dari koleksi di beberapa perpustakaan, hasil wawancara serta situs internet. Tahap kritik dilakukan dengan menguji asli tidaknya dokumen dilihat dari wujudnya (kritik intern), kemudian dilakukan pengujian kredibilitas sumber dengan mengkroscekkan sumber itu dengan sumber lainnya atau fakta di lapangan. Untuk tahap interpretasi, penulis mencoba memberi makna dari masing-masing bukti yang telah dikritik. Langkah selanjutnya adalah historiografi. Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sejarah awal kuliner lumpia di Semarang dipelopori oleh sepasang suami istri yang menikah pada abad ke-19, Tjoa Thay Yoe dan Wasi. Pada tahun 1870, mereka menciptakan satu makanan yaitu kue baru yang diberi nama lumpia. Pemberi ide nama kue lumpia tersebut ialah Thoa Thay Yoe. Lumpia merupakan kuliner tradisional hasil akulturasi budaya Tionghoa-Jawa yang sudah merakyat. Lumpia berasal dari kata lun bing (baca: lu-en ping), dalam dialek Hokkian berbunyi lun pia yang artinya kue bulat, yang selanjutnya beradaptasi dengan lidah lokal sehingga menjadi lumpia hingga sekarang, walaupun di beberapa tempat masih tetap menyebutnya lumpia. Perkembangan usaha industri kuliner lumpia di Semarang mengalami pasang surut, terbukti pada tahun 1966 pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan khususnya kehidupan budaya, namun dalam aktivitas ekonomi, etnis Tionghoa diberikan keleluasaan untuk mengembangkan perekonomian. Para pengusaha kuliner lumpia mengalami kesulitan untuk memperjualbelikannya saat hari peringatan kebudayaan Tionghoa dikarenakan adanya peraturan tersebut. Simpulan dari penelitian ini adalah perkembangan industri lumpia di Semarang telah memberikan sumbangan yang bersifat positif bagi mata pencaharian masyarakat pada tahun 1998 hingga 2017, bagi kehidupan sosial budaya masyarakat sekitar, yaitu terbentuknya kerja sama antar budaya dan status sosial yang berbeda.

Item Type: Thesis (Under Graduates)
Uncontrolled Keywords: Sejarah, Industri, Etnis Tionghoa, Lumpia.
Subjects: D History General and Old World > D History (General)
Fakultas: Fakultas Ilmu Sosial > Ilmu Sejarah, S1
Depositing User: S.Hum Maria Ayu
Date Deposited: 26 Dec 2019 16:39
Last Modified: 26 Dec 2019 16:39
URI: http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/33962

Actions (login required)

View Item View Item