Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Kerusakan Hutan di Kabupaten Brebes Tahun 1999-2009
Gilang Budi Yudhistira, 3250406002 (2011) Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Kerusakan Hutan di Kabupaten Brebes Tahun 1999-2009. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.
Microsoft Word (Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Kerusakan Hutan di Kabupaten Brebes Tahun 1999-2009)
- Published Version
Download (61kB) |
Abstract
Yudhistira, Gilang Budi. 2011, “Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Kerusakan Hutan di Kabupaten Brebes Tahun 1999-2009”. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : Penginderaan Jauh, Hutan, Kerusakan Hutan. Pemanfaatan penginderaan jauh khususnya penggunaan citra satelit telah banyak digunakan untuk inventarisasi hutan di dalam ukuran luas/besar. Namun, citra satelit tidak mampu menyajikan keanekaragaman informasi secara detail. Itu hanya dapat diperoleh langsung dari pengamatan lapangan. Di dalam praktek, pengamatan lapangan dan penggunaan citra satelit dapat digunakan bersama untuk saling melengkapi satu sama lain sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal. Permasalahan penelitian ini adalah (1) Bagaimana teknik penginderaan jauh dapat digunakan untuk identifikasi kerusakan hutan. (2) Bagaimana persebaran dan luasan serta tingkat kerusakan hutan di Kabupaten Brebes tahun 1999 dan tahun 2009 dengan menggunakan teknik penginderaan jauh. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui teknik penginderaan jauh dalam identifikasi kerusakan hutan di Kabupaten Brebes. (2) untuk mengetahui persebaran dan luasan serta tingkat kerusakan hutan di Kabupaten Brebes dalam rentang tahun 1999 dan tahun 2009. Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Brebes. Obyek kajian dalam penelitian ini adalah hutan di Kabupaten Brebes. Teknik pengambilan sampel berdasarkan proporsional area sampling. Sedangkan data yang digunakan adalah data instansional dari instansi terkait baik data primer yaitu citra satelit landsat 7 ETM+ tahun 1999 dan 2009 serta peta administrasi Kabupaten Brebes maupun data sekunder yaitu peta persebaran hutan tahun 1999 dan 2009, luasan hutan dari dinas terkait serta pustaka mengenai hutan. Teknik analisis data yang digunakan adalah Teknik Interpretasi Citra, Sistem informasi Geografis, Indeks Vegetasi (NDVI) dan Metode Komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra Landsat 7 ETM+ dapat digunakan untuk identifikasi sebaran kerusakan hutan, Namun resolusi citra Landsat 7 ETM+ yang rendah dan mengalami SLC-Off sehingga memberikan ketelitian yang kurang baik dan kurang maksimal maka dari itu perlu dilakukan uji ketelitian/keakuratan hasil interpretasi dengan cek lapangan sehingga dapat diketahui persentasenya sebesar 73,91%. Interpretasi manual dilakukan dengan cara mengenali karakteristik obyek berdasarkan warna, bentuk, pola, ukuran, posisi dan kemampuan obyek. Komposit band yang digunakan dalam interpretasi citra yaitu 542, komposit band ini dapat dengan mudah membedakan antara obyek vegetasi dengan obyek non vegetasi. Luas keseluruhan hutan di Kabupaten Brebes tahun 1999 sebesar 56.222,465 Ha sedangkan luas hutan keseluruhan tahun 2009 sebesar 44.200,305 Ha. Luas hutan terbesar tahun 1999 di Kecamatan Bantarkawung sebesar 10.988,688 Ha atau 52,431% dan luas hutan terkecil tahun 1999 di Kecamatan Songgom sebesar 648,732 Ha atu 12,365%. Sedangkan luas hutan terbesar tahun 2009 di Kecamatan Bantarkawung sebesar 9.643,022 Ha atau 46,010% dan luas hutan terkecil di Kecamatan Songgom sebesar 595,084 Ha atau 11,342%. Seluruh kecamatan di Kabupaten Brebes yang memiliki hutan mengalami kerusakan yang ditandai dengan adaya pengurangan luas hutan. Luas kerusakan hutan terbesar terdapat di Kecamatan Banjarharjo sebesar 3.326,365 Ha dan luas kerusakan hutan terkecil terdapat di Kecamatan Songgom sebesar 53,648 Ha. Sedangkan tingkat kerusakan hutan dapat diketahui melalui metode komparatif bahwa hanya ada dua tingkat kerusakan hutan berdasarkan kriteria yaitu sedang dan rendah. Tingkat kerusakan hutan sedang adalah Kecamatan Paguyangan dengan persentase 50,25% hal ini disebabkan karena adanya konversi lahan oleh warga sekitar sedangkan tingkat kerusakan hutan rendah adalah Kecamatan Bumiayu dengan persentase 5,41% hal ini disebabkan karena adanya program GERHAN (Gerakan Rehabilitasi Nasional) oleh Pemda setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan hutan rata-rata adalah 120,221 Ha tiap tahunnya di Kabupaten Brebes. Simpulan yang dapat disampaikan adalah teknik penginderaan jauh dengan citra satelit Landsat 7 ETM+ dapat digunakan dalam identifikasi kerusakan hutan sehingga dapat diketahui luasan tahun 1999 sebesar 56.222,465 Ha dan tahun 2009 sebesar 44.200,305 Ha. Sedangkan tingkat kerusakan hutan sedang di Kecamatan Paguyangan dengan persentase 50,25% dan tingkat kerusakan hutan rendah di Kecamatan Bumiayu dengan persentase 5,41%. Saran yang dapat penulis sampaikan adalah data citra yang digunakan sebaiknya mempunyai kualitas data yang baik, terbebas dari liputan awan sehingga hasil yang didapatkan akurat dan tidak ada daerah yang tidak dapat diidentifikasi. Agar hasilnya lebih akurat bisa dilakukan perbandingan, menggunakan citra yang lain dengan metode yang lain pula dan mempunyai sumber data lain sebagai acuan dalam interpretasi.
Item Type: | Thesis (Under Graduates) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Penginderaan Jauh, Hutan, Kerusakan Hutan |
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > GB Physical geography |
Fakultas: | Fakultas Ilmu Sosial > Geografi, S1 |
Depositing User: | Users 3313 not found. |
Date Deposited: | 20 Nov 2011 11:27 |
Last Modified: | 20 Nov 2011 11:27 |
URI: | http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/8884 |
Actions (login required)
View Item |