PENGARUH KEBIJAKAN PENGENDALIAN TEMBAKAU TERHADAP SOSIAL EKONOMI INDUSTRI KRETEK DI KUDUS TAHUN 1999 – 2020


Natael Bremana WB, 3111418039 (2023) PENGARUH KEBIJAKAN PENGENDALIAN TEMBAKAU TERHADAP SOSIAL EKONOMI INDUSTRI KRETEK DI KUDUS TAHUN 1999 – 2020. Under Graduates thesis, UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

[thumbnail of 3111418039 - Natael Bremana Wb.pdf] PDF - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (3MB) | Request a copy

Abstract

Kretek sebagai salah satu budaya asli indonesia sudah melekat dalam keseharian masyarakatnya. kretek bukan hanya sebuah batangan rokok biasa melainkan kretek adalah bagian dari sarana bersosialisasi, bercengkrama, dan bercerita antar warga. Kretek kerap kali digunakan sebagai bahan sesaji, selamatan, dan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan di Jawa. Pada sekitar 1870-1880 ada temuan seorang kreatif dari Kabupaten Kudus bernama Haji Djamhari. Haji Djamhari yang menderita penyakit bengek kemudian mengoleskan minyak cengkeh ke tubuhnya, lantaran kondisinya membaik ia memotong cengkeh menjadi bagian kecil-kecil, lalu mencampurnya dengan racikan tembakau. Digulung, dibakar, lalu dihisap kemudian rokok kretek tersebut mengeluarkan suara yang berbunyi, “kretek…kretek…kretek” Haji, Djamhari berhasil menyembuhkan sakitnya, kemudian pada 1908 Nitisemito mendirikan industri kretek pertama di Kudus dengan merk cap “Bal Tiga”. Pada 1942 ketika pemerintah Jepang memasuki Indonesia, industri kretek Kudus mengalami masa kemunduran hingga beberapa dari antaranya bangkrut akibat kesulitan mencari bahan dasar pembuatan kretek. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kebijakan pemerintah jepang yang membatasi arus lalu lintas masuk dan keluar sebuah komoditas perdagangan termaksud salah satunya tembakau, cengkeh yang sebagai bahan dasar pembuatan bahan dasar kretek. Pasca kemederkaan industri kretek kembali membaik hingga pada masa orde baru industri kretek Kudus kembali kepada masa kejayaannya. Sejalan dengan itu peluang usaha kretek menjadi daya tarik bagi etnis lain diluar pribumi, seperti etnis Tionghoa yang juga mendirikan indusrti kretek di Kudus hingga berkembang sampai saat ini. Kampanye lembaga kesehatan dunia terhadap industri kretek dengan dalil kesehatan dan slogannya yang terkenal ‘merokok berbahaya bagi kesehatan’. Ketidakadilan pemerintah Indonesia terlihat ketika keberpihakan pemerintah dalam mengadopsi Framework Convention On Tobacco Control (FCTC) dalam pemberlakuan PP No 109/2012 tentang pengamanan tembakau sebagai zat adiktif yang berbahaya bagi kesehatan yang mengatur terkait pembatasan peredaran, promosi, penjualan serta diversifikasi tanaman tembakau, kenaikan cukai, dan peraturan turunannya yang jelas berdampak terhadap sosial ekonomi industri kretek. Pemberlakukan PP No 109/2012, dibuat guna mengakomodir kepentingan FCTC antara lain, kebijakan kenaikan harga dan pajak rokok, aturan isi produk tembakau, aturan pengemasan dan pelabelan, aturan pembatasan iklan, promosi, dan sponsorship, penghapusan perdagangan rokok ilegal, pelarangan penjualan rokok terhadap anak, pendidikan, komunikasi, pelatihan, dan kesadaran masyarakat, perlindungan terhadap paparan asap rokok. Adopsi elemen FCTC membuat kenaikan cukai rokok yang berdampak terhadap kebangkrutan industri kretek kecil Kudus.

Item Type: Thesis (Under Graduates)
Uncontrolled Keywords: Industri Kretek, Tembakau, Kudus, Kebijakan, Pengendalian, Tembakau, FCTC, Nitisemito, Sosial Ekonomi, Masyarakat
Subjects: D History General and Old World > D History (General)
Fakultas: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Ilmu Sejarah, S1
Depositing User: Setyarini UPT Perpus
Date Deposited: 25 Nov 2024 04:34
Last Modified: 25 Nov 2024 04:34
URI: http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/65874

Actions (login required)

View Item View Item