Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Anak Balita di Wilayah Bendan Ngisor Kota Semarang


Ike Rosanti, 2009 (2009) Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Anak Balita di Wilayah Bendan Ngisor Kota Semarang. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.

[thumbnail of Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Anak Balita di Wilayah Bendan Ngisor Kota Semarang]
Preview
PDF (Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Anak Balita di Wilayah Bendan Ngisor Kota Semarang) - Published Version
Download (35kB) | Preview

Abstract

Rosanti, Ike. 2009. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Anak Balita di Wilayah Bendan Ngisor Kota Semarang. Skripsi, Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I: Dr Sus Widyani, M.Si dan Dosen Pembimbing II: Saptariana S.Pd, M.Pd. Kata kunci: status gizi, anemia, anak balita. Masalah gizi semakin meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi. Masalah gizi dapat menimpa siapa saja, khususnya anak balita, karena anak balita merupakan golongan rawan (rentan) gizi. Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan makanan. Baik buruknya status gizi seseorang, salah satunya dapat dilihat dari konsumsi makanannya. Kebanyakan anak balita susah makan, sehingga asupan makanannya berkurang, terutama zat besi, dan akhirnya pertumbuhan dan perkembangannya terhambat. Rendahnya konsumsi zat besi akan berpengaruh terhadap status gizi anak balita dan dapat terjadi kekurangan zat besi, sehingga mengakibatkan kadar hemoglobin (Hb) darah menurun dan menyebabkan anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap umur dan jenis kelamin. Jika anak balita menderita anemia, maka daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit, penurunan daya konsentrasi serta kemampuan belajar. Permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana gambaran karakteristik anak balita, bagaimana status gizi anak balita, bagaimana status anemia anak balita, dan adakah hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada anak balita di Wilayah Bendan Ngisor Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita umur 2,5-4 tahun yang berada di 5 RW yang berjumlah 150 anak balita di Wilayah Bendan Ngisor Kota Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 45 anak balita. Variabel bebas (X) adalah status gizi dan variabel terikat (Y) adalah kejadian anemia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi, pengukuran antropometri, dan tes hemoglobin. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan karakteristik anak balita (jenis kelamin dan umur, tinggi badan dan berat badan, serta status kesehatan), status gizi dan kejadian anemia pada anak balita, dan dengan metode talquist untuk mengetahui kadar hemoglobin anak balita. Analisis data dengan uji korelasi product moment untuk mencari hubungan status gizi dengan kejadian anemia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik anak balita dilihat dari segi umur 60% berada pada umur 30-36 bulan dan 40% berada pada umur 37-48 bulan, dari segi jenis kelamin 49% laki-laki dan 51% perempuan, dari segi tinggi badan 97,8% memiliki tinggi badan antara 73,1-98,8 cm dan 2,2% memiliki tinggi badan antara 98,9-111,7 cm, dari segi berat badan 15,6% memiliki berat badan antara 8,0-11,5 kg dan 84,4% memiliki berat badan 11,6-22,9 kg, dan dari segi status kesehatan 8,9% terkena penyakit infeksi dan 91,1% tidak terkena penyakit infeksi. Status gizi anak balita yang mempunyai status gizi baik sebanyak 37 responden (82,2%), gizi lebih sebanyak 2 responden (4,5%), dan gizi kurang 6 responden (13,3%). Status anemia anak balita yang terkena anemia sebanyak 6 responden (13,3%), dan yang tidak terkena anemia sebanyak 39 responden (86,7%). Hasil analisa korelasi menyatakan adanya hubungan status gizi dengan kejadian anemia, yaitu sebesar rhitung = 0,512 > rtabel = 0,294 dengan taraf signifikansi = 0,05 sehingga Ha diterima, artinya ada hubungan yang cukup kuat antara status gizi dengan kejadian anemia. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan cukup kuat antara status gizi dengan kejadian anemia pada anak balita di wilayah Bendan Ngisor kota Semarang. Saran yang dapat diambil adalah perlu adanya kepedulian ibu untuk lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak balitanya dengan cara memperbaiki konsumsi makanan harian, misalnya menghindari minum kopi dan teh yang dapat menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh serta memperbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin C. Bagi instansi kesehatan, diharapkan dapat memberikan penyuluhan gizi pada ibu anak balita dalam upaya memperbaiki gizi anak. Bagi pihak puskesmas dapat memberikan bantuan teknis dalam hal yang tidak dapat ditangani oleh masyarakat sendiri, misalnya kasus gizi kurang secepatnya dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Item Type: Thesis (Under Graduates)
Uncontrolled Keywords: status gizi, anemia, anak balita.
Subjects: R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA0421 Public health. Hygiene. Preventive Medicine
R Medicine > RJ Pediatrics > RJ101 Child Health. Child health services
Fakultas: Fakultas Teknik > Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, S1
Depositing User: Hapsoro Adi Perpus
Date Deposited: 13 Oct 2011 00:58
Last Modified: 19 Oct 2011 02:41
URI: http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/5559

Actions (login required)

View Item View Item