MAKNA SIMBOLIK SENI BEGALAN BAGI PENDIDIKAN ETIKA MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS


Hiri Joko Ottapa, 3301416077 (2021) MAKNA SIMBOLIK SENI BEGALAN BAGI PENDIDIKAN ETIKA MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.

[thumbnail of MAKNA SIMBOLIK SENI BEGALAN BAGI PENDIDIKAN ETIKA MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS] PDF (MAKNA SIMBOLIK SENI BEGALAN BAGI PENDIDIKAN ETIKA MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS) - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Kesenian Begalan merupakan salah satu kesenian pertunjukan yang menjadi hiburan dalam acara pernikahan, serta menjadi syarat yang berisi nasehat dalam pernikahan, dan merupakan media penyampaian pendidikan etika bagi masyarakat Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui arti simbol-simbol yang terkandung dalam seni Begalan (2) mengetahui bagaimana makna simbolik seni Begalan bagi pendidikan etika di masyarakat Banyumas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian ini adalah bentuk pertunjukan kesenian Begalan, arti simbol-simbol yang terkandung dalam kesenian Begalan, dan makna simbolik kesenian Begalan bagi pendidikan etika masyarakat di Kabupaten Banyumas. Sumber data diperoleh dari informan dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Data dianalisis melalui tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan (1) media dalam kesenian Begalan adalah peralatan dapur yang digantungkan pada brenong kepang, peralatan dapur tersebut sekaligus menjadi properti media yang menyimpan arti-arti simbolik. Properti beserta maknanya sebagai berikut: ian bermakna jagad gumelar, ilir bermakna susuhing angin, kukusan bermakna konsep keTuhanan, kekeb bermakna ngrungkebi, pedaringan bermakna gemi, layah bermakna mawas diri, muthu bermakna harus mampu memecahkan segala macam persoalan, irus bermakna mersudi, siwur bermakna hidup tidak boleh ngawur, padi bermakna kemakmuran dan sifat hormat, sapu sada bermakna gotong royong, tebu bermakna antebing kalbu atau hati nurani, suket bermakna harapan agar kehidupan kekal, cething bermakna tempat rezeki, daun salam bermakna harapan keselamatan, tampah bermakna dalam hidup harus mampu menyaring hal yang tidak berguna, kendhil bermakna pusat pikiran manusia yang harus bisa berbaur satu sama lain untuk membangun keharmonisan (2) pendidikan etika yang terkandung dalam kesenian Begalan meliputi dua aspek, yaitu prinsip kerukunan dan prinsip hormat. Prinsip kerukanan bertujuan untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan yang harmonis, yaitu mencakup pasrah lan eling, gotong royong, tepa selira, dan gemi. Sedangkan prinsip hormat dalam penerapannya sangat berkaitan dengan etika yang berhubungan dengan tata krama, sikap hormat dilakukan sebagai langkah menuju keselarasan sosial. Saran yang dapat peneliti rekomendasikan adalah (1) kepada pemerintah Kabupaten Banyumas untuk lebih memperhatikan dan menjaga kesenian Begalan viii (2) kepada pemain kesenian Begalan dan Budayawan Kabupaten Banyumas untuk lebih meringkas pelaksanaan kesenian Begalan agar nasehat dan pesan bisa tersampaikan secara penuh (3) kepada masyarakat diharapkan dapat memahami pesan dan makna yang terdapat dalam kesenian Begalan, kemudian dapat menerapkannya dalam kehidupan keluarga maupun kehidupan masyarakat.

Item Type: Thesis (Under Graduates)
Uncontrolled Keywords: Makna Simbolik, Seni Begalan, Pendidikan Etika, Masyarakat
Subjects: L Education > L Education (General)
L Education > LT Textbooks
Fakultas: Fakultas Ilmu Sosial > Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, S1
Depositing User: Setyarini UPT Perpus
Date Deposited: 31 Aug 2022 04:22
Last Modified: 31 Aug 2022 04:22
URI: http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/51728

Actions (login required)

View Item View Item