SATUAN LINGUAL DAN MAKNA KULTURAL PADA TRADISI SEDEKAH BUMI DESA BANYUMANIS KABUPATEN JEPARA
Anindita Dyah Parameswari, 2111416039 (2021) SATUAN LINGUAL DAN MAKNA KULTURAL PADA TRADISI SEDEKAH BUMI DESA BANYUMANIS KABUPATEN JEPARA. Under Graduates thesis, universitas negeri semarang.
PDF
- Published Version
Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Abstract
Bahasa dan budaya selalu berjalan berdampingan, artinya setiap bahasa yang berbeda akan memiliki budaya yang berbeda pula. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peranan bahasa sangat penting dan harus dikembangkan dan dipertahankan karena bahasa yang hilang akan turut menghilangkan budaya yang terdapat dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah penelitian mengenai sedekah bumi Desa Banyumanis Kabupaten Jepara. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bentuk satuan lingual dan makna kultural yang terdapat pada serangkaian acara traidisi Sedekah Bumi Desa banyumanis. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk satuan-satuan lingual dalam tradisi sedekah bumi Desa Banyumanis Kabupaten Jepara serta mendeskripsikan makna kultural yang ada pada tradisi sedekah sedekah bumi Desa Banyumanis. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan teoretis yang berfokus pada kajian etnolinguistik dan secara metodologis menggunakan deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dan metode cakap. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode agih dan metode padan. Penyajian hasil analisi data dilakukan dengan menggunakan metode formal dan metode informal. Berdasarkan hasil penelitian analisis data yang digunakan dalam tradisi Sedekah Bumi terdapat satuan lingual berbenuk (1) kata, yakni monomorfemis dan polimorfemis, (2) satuan lingual berbentuk frasa, dan (3) satuan lingual berbentuk klausa. Kata yang tergolong monomorfemis yakni jembul, gemblong, dan tape. sedangkan kata yang tergolong polimorfemis yakni wayangan dan tayuban. Satuan lingual yang berbentuk frasa yakni sega tumpeng dan ancak jembul. Satuan lingual berbentuk klausa, yakni marani jembul dan mubengan petinggen. Makna kultural yang ditemukan meliputi (1) kenduren bermakna agar manusia senantiasa mengingat tuhan diberbagai situasi dan kondisi, sedih maupun bahagia, (2) dekem memiliki makna kultural bahwa manusia tangan dan kakinya jangan sampai berbuat dosa, hal tersebut merupakan simbol dari sikap adil yang diajarkan oleh leluhur Desa Banyumanis. Saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah (1) penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan informasi untuk penelitian lebih lanjut dalam mempelajari budaya Jawa khususnya mengenai satuan lingual dan makna kultural yang terdapat pada tradisi sedekah bumi Desa Banyumanis, (2) masyarakat setempat mengetahui makna-makna yang terkandung didalamnya dan tetap melestarikan dan menjaga tradisi Sedekah Bumi agar nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi tersebut tetap utuh.
Item Type: | Thesis (Under Graduates) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | sedekah bumi, etnolinguistik, satuan lingual, makna kultural. |
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Fakultas: | Fakultas Bahasa dan Seni > Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S1) |
Depositing User: | Kharisma ADHIARYA |
Date Deposited: | 30 Aug 2022 03:14 |
Last Modified: | 30 Aug 2022 03:14 |
URI: | http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/51663 |
Actions (login required)
View Item |