(ABSTRAK) SIMBOL DAN MAKNA NOVEL CANDHIKALA KAPURANTA KARYA SUGIARTA SRIWIBAWA
Whafik Muhammad Rifai , 2102405575 (2011) (ABSTRAK) SIMBOL DAN MAKNA NOVEL CANDHIKALA KAPURANTA KARYA SUGIARTA SRIWIBAWA. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.
Preview |
PDF ((ABSTRAK) SIMBOL DAN MAKNA NOVEL CANDHIKALA KAPURANTA KARYA SUGIARTA SRIWIBAWA)
- Published Version
Download (75kB) | Preview |
Abstract
Novel Candhikala Kapuranta karya Sugiarta Sriwibawa adalah salah satu novel berbahasa Jawa yang mendapat penghargaan Rancage pada tahun 2003. Novel yang dianggap unggul dalam menampilkan nuansa budaya Jawa ini sarat akan sebuah simbol, hal itu terlihat dari kata-kata dan kalimat yang digunakan. Oleh sebab itu novel Candhikala Kapuranta menarik untuk dikaji dan diteliti agar diketahui simbol dan makna yang ada di dalamnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana simbol dan makna yang terdapat dalam Novel Candhikala Kapuranta berdasarkan teori strukturalisme semiotik A. Teeuw? Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkap simbol dan makna dalam Novel Candhikala Kapuranta berdasarkan teori strukturalisme semiotik A. Teeuw. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif yaitu pendekatan yang memberi perhatian pada karya sastra atau teks sastra sebagai sebuah struktur yang otonom. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat dan simak, teknik catat untuk mencatat kata atau kalimat yang diduga sebagai simbol. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Novel Candhikala Kapuranta karya Sugiarta Sriwibawa yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya Jakarta tahun 2002. Hasil dari penelitian ini adalah menjelaskan simbol dan makna yang terdapat dalam novel Candhikala Kapuranta berdasarkan teori strukturalisme A. Teeuw. Teori tersebut dibagi ke dalam tiga kode, yaitu kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya. Dari kode bahasa ditemukan istilah bahasa Jawa, pilihan kata, dan peribahasa Jawa, (1) Istilah bahasa Jawa yang maknanya sebuah gelar, yaitu Raden, Raden Mas, Raden Rara, Raden Ajeng, dan Den Bei. Istilah yang lain yaitu, ma lima. (2) Penggunaan kata ganti orang pertama dan orang kedua di dalam dan di luar keraton, yaitu abdi dalem, kula, kowe, sampeyan, panjenengan. (3) Peribahasa Jawa yang digunakan, yaitu Ilang-ilangan endhog siji, ngono ya ngono ning aja ngono. Berdasarkan simbol-simbol yang ditemukan melalui kode bahasa tersebut, maka dapat diketahui maknanya. Novel Candhikala Kapuranta mengandung unsur-unsur budaya Jawa melalui gelar sebagai status sosial dalam masyarakat Jawa, istilah bahasa Jawa yang dipakai mempunyai makna menandakan sebuah keadaan yang dialami seseorang, kata ganti orang pertama dan kedua di dalam dan di luar keraton menandakan rasa hormat dari penggunanya, peribahasa yang digunakan mempunyai makna sebuah ajaran yang baik di dalamnya. Kode sastra novel Candhikala Kapuranta adalah penggunaan nama tokoh wayang, yaitu Janaka, Cakil, Karna, Begawan Ciptaning, Begawan Mintaraga, lakon Karna Tandhing, dan perang Baratayuda Jayabinangun. Janaka adalah lambang dari ilmu pengetahuan. Cakil menggambarkan profil rakyat kecil. Karna melambangkan norma kesusilaan. Begawan Ciptaning dan Begawan Mintaraga melambangkan kebersihan jiwa dan menyucikan diri. Karna tanding melambangkan sikap seorang kesatria. Bale Sigala-gala melambangkan kewaspadaan. Perang Baratayuda Jayabinangun melambangkan watak angkara murka dan watak mulia yang pada akhirnya dimenangkan oleh watak mulia. Penggunaan nama Puspawicitra, Sastrakusuma, dan Atmakusuma yang menggandung arti bunga, yaitu puspa, wicitra, dan kusuma melambangakan keharuman. Kata gabung sastra berarti ilmu pengetahuan dan sukma berarti nyawa melambangakan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan jika digunakan akan mengaharumkan nama pemiliknya. Berdasarkan kode budaya ditemukan konsep ketuhanan dari hasil kebudayaan Jawa berupa tembang atau kidung, yaitu kidung Sarira Ayu dan kidung Marmarti. Kidung Sarira Ayu adalah sebuah kidung yang bertujuan meminta perlindungan diri kepada tuhan atau dengan kata lain kidung ini adalah sebuah doa. Kidung Marmarti adalah sebuah permohonan yang disampaikan kepada tuhan melalui perantara sedulur papat lima pancer. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada pembaca agar dapat melestarikan ajaran-ajaran Jawa yang terdapat dalam novel Candhikala Kapuranta dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain dalam rangka pengembangan teori strukturalisme semiotik terhadap karya sastra Jawa.
Item Type: | Thesis (Under Graduates) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Simbol, makna, semiotik, Novel Candhikala Kapuranta. |
Subjects: | P Language and Literature > PQ Romance literatures |
Fakultas: | Fakultas Bahasa dan Seni > Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa (S1) |
Depositing User: | Users 98 not found. |
Date Deposited: | 24 Sep 2011 04:47 |
Last Modified: | 24 Sep 2011 04:47 |
URI: | http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/4556 |
Actions (login required)
View Item |