PUSAT PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN DIFABEL DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU


Indah Arina Mia Mustadzah, 5112415028 (2020) PUSAT PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN DIFABEL DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.

[thumbnail of PUSAT PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN DIFABEL DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU] PDF (PUSAT PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN DIFABEL DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU) - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (8MB) | Request a copy

Abstract

Penyandang difabel sering dianggap sebagai masyarakat yang tidak produktif, tidak mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehingga hak-haknya pun seringkali dia-baikan. Para penyandang difabel sudah seharusnya memiliki hak-hak dan kesempatan yang sama seperti yang lainnya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Minimnya peluang kerja dan seringnya terjadi penolakan yang dialami oleh penyandang difabel tak jarang membu-atnya putus asa. Para penyandang difabel yang kerap kali terisolir secara sosial dan menghadapi diskriminasi dalam akses atas kesehatan dan layanan-layanan lainnya, pendidi-kan dan pekerjaan. Serta budaya di masyarakat Indonesia yang dapat dikatakan masih me-nyembunyikan keberadaan para penyandang difabel. Di sisi lain, jenjang pendidikan yang telah diwajibkan dalam proses penempuhan sekolah menurut kebijakan pemerintah hingga saat ini ialah 12 tahun wajib belajar. Di mulai dari Sekolah Dasar atau sederajat, Sekolah Menengah Pertama atau sederajat, dan Sekolah Menengah Atas atau sederajat. Kebijakan wajib belajar 12 tahun ini diberlakukan kepada se-tiap lapisan masyarakat tidak terkecuali kaum difabel. Alternatif pendidikan informal ini yang kemudian mampu menjadi pertimbangan untuk para difabel dapat memperoleh haknya. Maka dari itu, pendidikan informal yang juga mampu menumbuhkembangkan bakat dan keterampilan para difabel sehingga nantinya dapat mandiri dalam bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat mengasah keterampilan dan kemandirian difabel adalah dengan adanya tempat kursus atau balai pelatihan kerja. Pada Pusat Pemberdayaan dan Pengem-bangan Difabel ini dalam perencanaannya terdiri atas beberapa jurusan yang telah lazim dan berperan serta dibutuhkan oleh masyarakat seperti tata boga, tata busana, tata kecantikan, desain produk dan juga desain grafis. Dan juga penambahan fungsi bangunan komersial yang juga mampu mewadahi mereka dan juga karya-karya yang dihasilkan dari proses pelatihan. Bangunan tersebut meliputi cafe atau resto, bakery, butik maupun galeri kerajinan. Dalam proses perancangan arsitekturalnya, pengguna bangunan yang memiliki keistimewaan dan kekhususan penanganan, metode perancangan atau pendekatan yang paling tepat ialah Ar-sitektur Perilaku.

Item Type: Thesis (Under Graduates)
Uncontrolled Keywords: Kata kunci: Pendidikan informal, tempat kursus, Balai Pelatihan Kerja, Pusat Pem-berdayaan dan Pengembangan Difabel, Kota Semarang, Arsitektur Perilaku.
Subjects: N Fine Arts > NA Architecture
Fakultas: Fakultas Teknik > Teknik Arsitektur, S1
Depositing User: budi Budi santoso perpustakaan
Date Deposited: 27 Aug 2021 00:58
Last Modified: 27 Aug 2021 00:58
URI: http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/44745

Actions (login required)

View Item View Item