SEKOLAHKU BUKAN SEKOLAH” DALAM KAJIAN HERMENEUTIKA


Nur Atikasari , 1102415061 (2019) SEKOLAHKU BUKAN SEKOLAH” DALAM KAJIAN HERMENEUTIKA. Under Graduates thesis, UNNES.

[thumbnail of SEKOLAHKU BUKAN SEKOLAH DALAM KAJIAN HERMENEUTIKA]
Preview
PDF (SEKOLAHKU BUKAN SEKOLAH DALAM KAJIAN HERMENEUTIKA) - Published Version
Download (1MB) | Preview

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti terhadap karya sastra berupa novel bergenre pendidikan. Salah satunya yaitu novel dengan judul “Sekolahku Bukan Sekolah”, yang ditulis oleh Maia Rosyida, salah satu siswa sekolah alternatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menafsirkan makna dibalik kata “sekolah” yang dianggap multitafsir dan menjelaskan konsep “sekolah” dalam novel “Sekolahku Bukan Sekolah” menggunakan analisis hermeneutika. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca, simak, dan catat. Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan uji credibility. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna “sekolah” menghasilkan empat makna, yaitu ekspresif, kemerdekaan, idealis, dan kreativitas. Ekspresif dimaknai sebagai perwujudan dari berhasilnya setiap potensi yang dikembangkan dan didukung penuh oleh sekolah. Kemerdekaan dimaknai sebagai bentuk kebebasan dalam berekspresi dan berkreativitas setiap siswa di sekolah. Idealis dimaknai sebagai salah satu upaya untuk menyadarkan masyarakat bahwa sekolah alternatif yang digagasnya adalah sekolah yang berbeda dari sekolah lain, sekolah yang ideal, sekolah yang berprinsip dan mampu menjaga visi misi sekolah sehingga tidak mampu untuk dipengaruhi oleh pihak lain. Kreatif dimaknai bahwa sekolah menjunjung tinggi pengembangan kreativitas dari setiap siswa dan memberikan ruang untuk melakukan pengembangan kreativitas tersebut. Konsep “sekolah” versi Maia Rosyida yang berhasil dirumuskan, adalah Sekolah sebagai Arena Pembentukan Budaya, Sekolah sebagai Ajang Berekspresi Siswa, dan Sekolah sebagai Pengembang Daya Kritis Siswa. Sekolah sebagai Arena Pembentukan Budaya membentuk siswa menjadi mandiri, membiasakan belajar dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Habitus juga berhasil membentuk siswa yang disiplin, memiliki ikatan kekeluargaan antar siswa, meniadakan kompetisi, selalu mengungkapkan ekspresi, serta membudayakan menggunakan metode student centre dalam belajar. Sekolah sebagai Ajang Berekspresi Siswa menggambarkan keberadaan sekolah membantu siswa untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki, belajar mandiri, dan berani menentukan nasib sendiri. Siswa juga belajar sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan dahulu melalui musyawarah. Sekolah sebagai Pengembang Daya Kritis Siswa artinya sekolah mendorong seluruh siswanya untuk aktif dan melakukan kreasi terhadap kemampuan yang dimiliki. Siswa dibekali dengan keterampilan berpikir kritis yang berpijak pada kritik dan harapan, sekolah akan menjadi tempat untuk melatih kepekaan terhadap penderitaan dan bersikap solider terhadap orang lain. Penafsiran makna yang terkandung dalam novel bersifat subjektif, oleh sebab itu sebaiknya para pembaca novel memiliki kesadaran untuk melakukan penafsiran dengan menggunakan metode analisis yang lain demi tercapainya keberagaman makna yang dihasilkan.

Item Type: Thesis (Under Graduates)
Uncontrolled Keywords: sekolah, siswa, makna, penafsiran
Subjects: Fakultas Ilmu Pendidikan > Teknologi Pendidikan, S1
Fakultas: Fakultas Ilmu Pendidikan > Teknologi Pendidikan (S1)
Depositing User: mahargjo hapsoro adi
Date Deposited: 27 Nov 2019 12:25
Last Modified: 27 Nov 2019 12:25
URI: http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/33351

Actions (login required)

View Item View Item