PEMBINAAN MORAL REMAJA DISSOSIAL DI BALAI REHABILITASI SOSIAL MANDIRI SEMARANG II KOTA SEMARANG


Primandha Sukma Nur Wardhani , 3301411049 (2016) PEMBINAAN MORAL REMAJA DISSOSIAL DI BALAI REHABILITASI SOSIAL MANDIRI SEMARANG II KOTA SEMARANG. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.

[thumbnail of 3301411049.pdf]
Preview
PDF - Published Version
Download (849kB) | Preview

Abstract

Pembinaan moral di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang II di Kota Semarang juga termasuk dalam pemulihan remaja yang mengalami gangguan kepribadian antisosial. Pembinaan moral bertujuan untuk mengurangi ataupun menghilangkan penyimpangan tersebut hingga menciptakan kembali pribadi-pribadi yang bermoral atau dengan moral yang baik. Nantinya akan membentuk remaja-remaja dengan memiliki nilai moral yang tinggi yang nantinya akan ikut memperbaiki nilai-nilai moral yang menyimpang dan juga remaja-remaja yang memiliki kompetensi moral yang tinggi. Diharapkan nantinya akan membentuk keluarga, lingkungan masyarakat, negara yang menjalankan nilai-nilai moral yang ada. Rumusan masalah dalam penelitian ini: (1) Bagaimanakah pelaksanaan pembinaan moral remaja dissosial di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang II Kota Semarang. (2) Apa sajakah faktor yang berkontribusi dalam pembinaan moral remaja dissosial di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang II Kota Semarang. (3) Apa sajakah kendala dalam pembinaan moral remaja dissosial di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang II Kota Semarang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil Penelitian menunjukan bahwa (1) Pembinaan moral yang dilakukan oleh pekerja sosial dan pembimbing agama. Materi yang disampaikan oleh pembimbing agama adalah tentang tingkah laku yang seharusnya dilakukan pada saat di bulan puasa. Metode ceramah atau tauisyah, diskusi, syaring dan praktek tetapi lebih banyak praktik daripada ceramah. Metode ini juga sering digunakan karena dapat diterima penerima manfaat dengan baik. Media yang digunakan pada pembinaan moral yang dilakukan oleh pembimbing agama di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Penyalahgunaan NAPZA “Mandiri” Semarang yaitu menggunakan pengeras suara, papan tulis, spidol, meja dan buku. Waktu pelaksanaan pembinaan moral yang dilakukan oleh pembimbing agama di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Penyalahgunaan NAPZA “Mandiri” Semarang karena waktu penelitian ini dilakukan pada saat bulan puasa sehingga waktu pelaksanaan pembinaan moral setiap hari senin sampai jum‟at jam 13.00-15.00 WIB sehabis sholat dzuhur berjamaah hingga sholat asar berjamaah. (2) Faktor internal yang berkontribusi dalam pembinaan moral remaja dissosial adalah sarana prasarana, pembimbing agama dan pekerja sosial. Sarana prasarana yang ada di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Penyalahgunaan NAPZA “Mandiri” Semarang sudah mendukung adanya kegiatan pembinaan moral yang dilakukan di sana. Pembimbing agama dan pekerja sosial memiliki andil yang besar dalam pembinaan moral di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Penyalahgunaan NAPZA “Mandiri” Semarang karena mereka yang berhadapan langsung dengan Penerima Manfaat (Remaja Dissosial). Sedangkan faktor eksternal yang berkontibusi dalam pembinaan moral remaja dissosial adalah masyarakat sekitar Balai Rehabilitasi karena untuk dapat menciptakan lingkungan yang bermoral harus membiasakan tingkah laku yang santun. (3) Hambatan internalnya yaitu kemauan Penerima manfaat (Remaja Dissosial), kemauan Penerima manfaat (Remaja Dissosial) dalam mengikuti berbagai kegiatan yang ada di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Penyalahgunaan NAPZA “Mandiri” Semarang, hubungan Penerima manfaat (Remaja Dissosial) dengan pembimbing, hubungan Penerima manfaat (Remaja Dissosial) dengan lainnya. Dalam hal ini pengaruh dari masyarakat sekitar balai rehabilitasi tentang pembinaan moral yang dilakukan di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Penyalahgunaan NAPZA “Mandiri” Semarang adalah jangan terlalu cuek dengan pembinaan moral yang dilakukan di Baresos karena masyarakat sekitar balai rehabilitasi yang memiliki kemampuan dalam agama dapat mengisi kegiatan pembinaan moral yang dapat menambah ilmu bagi penerima manfaat (Remaja Dissosial), atau syaring tentang berbagai pengalaman yang didaptkan selama didalam maupun diluar balai. Saran yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut : (1) Bagi Balai Rehabilitasi Sosial Eks Penyalahgunaan NAPZA “Mandiri” Semarang, pembinaan moral yang disampaikan oleh pembimbing agama dan pekerja sosial sudah cukup baik. Sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan kembali dengan cara menambah waktu dalam penyampaian pembinaan moral agar pembinaan moral lebih lama dan menentukan materi pembinaan moral diluar kegiatan agar kualitas perilaku moral penerima manfaat (remaja dissosial) menjadi lebih baik. (2) Bagi masyarakat sekitar balai rehabilitasi, diharapkan dapat memberikan teladan yang baik kepada penerima manfaat (remaja dissosial) dan senantiasa mengawasi mereka terkait dengan perkembangan dan perubahan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. (3) Bagi pemerintah, pemerintah diharapkan untuk membantu Balai Rehabilitasi Sosial Eks Penyalahgunaan NAPZA “Mandiri” Semarang dengan memberikan sarana dan prasarana yang menunjang dalam melaksanakan berbagai kegiatan.

Item Type: Thesis (Under Graduates)
Uncontrolled Keywords: Pembinaan Moral, Remaja Dissosial, Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang II Kota Semarang
Subjects: H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform
Fakultas: Fakultas Ilmu Sosial > Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, S1
Depositing User: Users 98 not found.
Date Deposited: 13 Nov 2017 18:08
Last Modified: 13 Nov 2017 18:08
URI: http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/27465

Actions (login required)

View Item View Item