ANALISA CURAH HUJAN MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA I TERHADAP INISISASI DEBRIS FLOW DI KALI PUTIH AREA GUNUNG MERAPI
Rizki Kurniadhi, 5101412026 (2016) ANALISA CURAH HUJAN MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA I TERHADAP INISISASI DEBRIS FLOW DI KALI PUTIH AREA GUNUNG MERAPI. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.
Preview |
PDF
- Published Version
Download (2MB) | Preview |
Abstract
Aktivitas letusan Gunung Merapi tahun 2010 yang berupa pyroclastic flow menghasilkan 130 m3 endapan bahan vulkanik yang terakumulasi di hulu sungai. Kondisi seperti ini dapat memicu bahanya sekunder berupa aliran debris yang diakibatkan oleh intensitas hujan dengan durasi yang cukup untuk menginisiasi banjir lahar. Takahashi (1991) menjabarkan angkutan sedimen pada sistem sungai dikasifikasikan atas tiga kelompok. (1) debris flow, (2) immature debris flow, dan (3) individual debris flow. Parameter yang mempengaruhi inisiasi aliran debris meliputi konsentrasi sedimen (C*), kemiringan dasar sungai (θ), kedalaman air (ho), diameter butrian (d50), berat volume tanah (γs), berat volume air (γw), dan sudut geser tanah (ɸ).Dalam kajian ini mencoba untuk menganalisis pengaruh curah hujan terhadap Persamaan Takahashi. Lokasi penelitian di Kali Putih Kabupaten Magelang. Adapun data curah hujan diperoleh dari pencatatan Stasiun Ngepos dan Stasiun Maron dalam bentuk satu jam (mm/jam), curah hujan harian (mm). Hasil analisis ini menunjukan bahwa curah hujan (durasi dan intensitas) yang relatif kecil tidak dapat menginisasi aliran debris. Secara kuantatif penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: Intensitas hujan maksimum lebih dari 33 mm/jam dapat menginisiasi aliran debris di Kali Putih. Persentase eskalasi dan resesi perhitugan Persamaan Takahashi masing-masing titik adalah: PU – D2 2 sebesar 1,42%, PU – D2 1 sebesar 4,02%, PU – D1 3 sebesar -14,68%, PU – D1 2 sebesar 3,61%, PU – D1 1 sebesar 4,64%, PU – C10 3 sebesar 123,04%, PU – C10 2 sebesar 11,78%, PU – C10 1 sebesar 13,69%. Titik awal inisiasi aliran debris yakni pada alur sungai yang memiliki kemiringan dasar minimum 8 derajat dan memerlukan kedalaman air minimum 0,031 m. Kemiringan dasar sungai (θ) dan kedalaman air (ho) merupakan variabel yang berpengaruh besar terhadap Persamaan Takahashi untuk memprediksi kejadian aliran debris. Curah hujan anteseden memiliki pengaruh dominan terhadap inisiasi aliran debris. Akan tetapi tidak dapat digunakan sebagai parameter untuk memprediksi kejadian aliran debris. Siklus hujan intensitas tinggi yang memicu aliran debris terjadi pada bulan Desember hingga bulan Maret. Sistem pantau disarankan berada pada bangunan sabo PU – C10. Karena hasil analisa penerapan Persamaan Takahashi merupakan yang tertinggi dan diduga sebagai tempat dimulainya aliran debris.
Item Type: | Thesis (Under Graduates) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Debris Flow, Inisiasi, Kali Putih, Gunung Merapi |
Subjects: | T Technology > TH Building construction |
Fakultas: | Fakultas Teknik > Pendidikan Teknik Bangunan, S1 |
Depositing User: | Akhmad Abdul Hakim |
Date Deposited: | 09 Nov 2017 15:26 |
Last Modified: | 09 Nov 2017 15:26 |
URI: | http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/27341 |
Actions (login required)
View Item |