Fito Akhsanul Fikri, 3312412057 (2016) KONFLIK PERTANAHAN DI BLOK BLEBERAN DAN KALEN REMBET (STUDI KASUS KONFLIK ANTARA PERHUTANI KPH BALAPULANG DAN MASYARAKAT DESA SONGGOM KECAMATAN SONGGOM KABUPATEN BREBES). Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.

Preview

PDF Download (980kB) | Preview

Abstract

Fito Akhsanul Fikri. 2016, Konflik Pertanahan di Blok Bleberan dan Kalen Rembet (Studi Kasus Konflik Antara Perhutani KPH Balapulang dan Masyarakat Desa Songgom Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes), Skripsi. Jurusan Politik dan Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Ngabiyanto, M.Si, dan Noorochmat Isdaryanto, S.S., M.Si. Kata kunci: Konflik Pertanahan, Perhutani, Petani Penggarap Konflik yang terjadi antara perhutani KPH Balapulang dan masyarakat desa Songgom mengenai Pertanahan. Konflik terjadi ketika adanya pemanfaatan lahan menjadi lahan pertanian, yang seharusnya menjadi lahan perhutanan. Lahan yang menjadi sengketa tersebut terletak di Blok Bleberan dan Kalen Rembet. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) apa sajakah faktor yang menyebabkan terjadinya konflik antara Perhutani KPH Balapulang dan Masyarakat Desa Songgom? 2) bagaimana upaya-upaya yang dilakukan Perhutani KPH Balapulang dan Masyarakat Desa Songgom Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes dalam menyelesaikan konflik pertanahan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya konflik antara Perhutani KPH Balapulang dan Masyarakat Desa Songgom, 2) mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Perhutani KPH Balapulang dan Masyarakat Desa Songgom dalam menyelesaikan Konflik pertanahan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian di Perhutani KPH Balapulang Desa Songgom Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, dokumentasi dan pengamatan. Teknik analisis data yang diguanakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis metode kualitatif. Pada analisis data ini dibagi menjadi 2, yaitu: analisis sebelum di lapangan yang berupa menentukan fokus penelitian dan analisis data di lapangan, yang dilakukan saat pengumpulan data dengan menyesuaikan hasil wawancara dengan fakta, jika dirasa peneliti tidak sesuai dengan sebenarnya maka peneliti akan melanjutkan wawancara lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) adapun faktor terjadinya konflik berawal mula dari lahan yang digarap masyarakat songgom yang ternyata merupakan kawasan hutan, dari gambaran tersebut bahwa adanya perebutan sumber daya alam yang ada, dimana pihak Perhutani meminta lahan sengketa tersebut untuk menjadikan kawasan hutan, sedangkan petani penggrap tetap menginginkannya untuk menggarap tana, 2) upaya-upaya yang dilakukan Perhutani KPH Balapulang dan masyarakat Songgom Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes yaitu melalui sosialisasi, mediasi dan pengadilan, 3) Pengadilan Negeri sangat berperan dalam menyelesaikan konflik yang terjadi, Pengadilan menjadi jalan terakhir sebagai ujung dari penyelesaian konflik yang tidak kunjung menemukan titik terang, karena keputusan pengadilan adalah sah dan resmi sehingga semua pihak harus menerima keputusan yang sudah diputuskan. Saran dari penelitian ini adalah: sebaiknya Perhutani memberikan pengarahan kepada masyarakat agar menanami tanah dengan tanaman tegakan yang meminimalisir terjadinya bencana yang di akibatkan kurangnya daerah resapan dan petani penggarap pula hendaknya mengelola tanah yang di atur di bawah aturan perhutani, harus mananami tanah sesuai dengan perintah pemerintah pusat dan bukan dengan menanami tanaman tersebut dengan tanaman yang bernilai ekonomis dengan mengesampingkan manfaat tanah sebagai daerah resapan.

Actions (login required)

View Item