GRANULASI ABU LAYANG BATUBARA MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN Pb(II)
Indah Nurul Izzati, 5511312023 (2015) GRANULASI ABU LAYANG BATUBARA MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN Pb(II). Under Graduates thesis, UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
Preview |
PDF
- Published Version
Download (1MB) | Preview |
Abstract
Salah satu sumber energi yang banyak digunakan sekarang ini adalah batubara karena relatif lebih murah dibanding minyak bumi. Namun demikian, penggunaan batubara ini menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan diantaranya pelepasan polutan gas seperti CO2, NOX, CO, SO2, hidrokarbon dan limbah padat yang relatif besar. Limbah padat ini meliputi abu layang (80%) dan abu dasar (20%) (Supriatna, 2003). SiO2 dan Al2O3 yang mengandung situs aktif serta karbon tak terbakar yang merupakan material berpori memungkinkan abu layang dapat digunakan sebagai adsorben. Adsorben berupa serbuk memiliki beberapa kekurangan seperti mudah terbang dan mempersulit proses separasi, untuk itu dilakukan modifikasi granular adsorben. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui perubahan karakteristik abu layang batubara dan kemampuan adsorpsi terhadap ion Pb (II) akibat penambahan karagenan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah refluk. Aktivasi dilakukan dengan mencampur abu layang yang belum teraktivasi ke dalam larutan NaOH, 3M pada 600C selama 6jam. Proses aktifasi dilakukan untuk menurunkan tingkat kristalinitas abu layang sehingga meningkatkan kemampuan adsorpsi. Proses granulasi dilakukan dengan menambahkan karagenan sebagai binder dengan kosentrasi optimal sebesar 20%. Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur morfologi abu layang aktifasi memiliki permukaan yang kasar dan banyak lubang pori akibat terjadinya distorsi yang diikuti dengan pemutusan ikatan SiO2, sedangkan abu layang hasil granulasi memiliki permukaan yang lebih halus serta lubang pori yang sedikit akibat penambahan karagenan. Model persamaan Langmuir dan Freundlich telah diaplikasikan untuk mendeskripsikan keseimbangan isotermal baik serbuk maupun granular. Namun, berdasarkan nilai R2 dari masing-masing kurva, adsorpsi monolayer dari persamaan Langmuir lebih baik (Nilai R2 persamaan Langmuir sebesar 0,987 untuk serbuk adsorben dan 0,973 untuk granular adsorben). Hasil analisi FTIR menunjukan peningkatan intensitas yang sangat tajam setelah proses granulasi, oleh bertambahnya gugus OH dari karagenan. Penurunan luas permukaan setelah proses granulasi tidak menurunkan tingkat kemampuan adsorpsi karena adanya peranan situs dari karagenan yang ikut mengadsorpsi.
Item Type: | Thesis (Under Graduates) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Aktivasi Abu Layang, NaOH, Adsorpsi isoterm, adsorben. |
Subjects: | T Technology > TP Chemical technology |
Fakultas: | Fakultas Teknik > Teknik Kimia D3 |
Depositing User: | titin fitriyani unnes |
Date Deposited: | 13 Nov 2015 10:21 |
Last Modified: | 13 Nov 2015 10:21 |
URI: | http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/22086 |
Actions (login required)
View Item |