NYAI LEBE ; OTORITAS MODIN PEREMPUAN PADA MASYARAKAT PESISIR JAWA (Studi Kasus di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang)


Marzuqo Septianto, 3401411134 (2015) NYAI LEBE ; OTORITAS MODIN PEREMPUAN PADA MASYARAKAT PESISIR JAWA (Studi Kasus di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang). Under Graduates thesis, UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

[thumbnail of 3401411134-S.pdf]
Preview
PDF - Published Version
Download (2MB) | Preview

Abstract

Masyarakat Kelurahan Sugihwaras sebagai entitas masyarakat pesisir yang memiliki budaya adaptif-akulturatif Islam lokal. Tradisi lokal Islami berupa ritual–ritual keagamaan memunculkan figur lokal yang mewakili peran laki-laki (Bapak Lebe) dan peran perempuan (Nyai Lebe). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan profil Nyai Lebe sebagai Modin perempuan yang memiliki otoritas pada masyarakat pesisir Jawa tepatnya di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1).Bagaimana profil Nyai Lebe sebagai figur lokal di Kelurahan Sugihwaras? (2).Bagaimana peran sosial-keagamaaan Nyai Lebe dalam masyarakat Kelurahan Sugihwaras? (3).Bagaimana apresiasi masyarakat dan negara dalam menyikapi peran Nyai Lebe?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Subjek Penelitian ini adalah Nyai Lebe, Bapak Lebe, dan masyarakat Sugihwaras. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi data. Metode analisis data yang digunakan adalah : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nyai Lebe merupakan julukan yang diberikan kepada seseorang perempuan yang bertugas menjadi pengurus jenazah yang dalam penelitian ini difokuskan pada Nyai Lebe Rochjati. Peran sosial – keagamaan Nyai Lebe tercermin dalam perannya sebagai figur lokal yang memediatori berbagai ritus di masyarakat pesisiran. Nyai Lebe bersifat non-formal sedangkan Bapak Lebe bersifat formal. Hegemoni budaya patriarki yang ada di masyarakat dan negara menjadi faktor utama yang menyebabkan ketimpangan apresiasi antara Nyai Lebe dan Bapak Lebe. Saran yang disampaikan dalam penelitian ini yaitu : (1). Bagi Pemerintah, hendaknya memperhatikan Nyai Lebe dan Bapak Lebe dengan apresiasi yang pantas dan seimbang, serta memberi dukungan terhadap regenerasi Nyai Lebe dan Bapak Lebe demi kelangsungan sosio-religio-kultural masyarakat.(2). Bagi masyarakat, hendaknya mengapresiasi Nyai Lebe dan Bapak Lebe secara adil tanpa diskriminasi gender. (3). Bagi Nyai Lebe dan Bapak Lebe hendaknya berusaha mengkader generasi muda untuk menjadi Nyai Lebe dan Bapak Lebe berikutnya agar kultur masyarakat tetap terjaga.

Item Type: Thesis (Under Graduates)
Uncontrolled Keywords: Masyarakat Pesisir, Modin Perempuan, Nyai Lebe, Otoritas.
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology
H Social Sciences > HM Sociology
Fakultas: Fakultas Ilmu Sosial > Pendidikan Sosiologi dan Antropologi, S1
Depositing User: suprianto mahasiswa unnes
Date Deposited: 11 Nov 2015 07:57
Last Modified: 11 Nov 2015 07:57
URI: http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/20949

Actions (login required)

View Item View Item