PEMENTASAN JATHILAN DI JALANAN KOTA SEMARANG : ANTARA SUBSISTENSI DAN KOMODIFIKASI


Moch. Galih Pratama, 3401409005 (2013) PEMENTASAN JATHILAN DI JALANAN KOTA SEMARANG : ANTARA SUBSISTENSI DAN KOMODIFIKASI. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.

[thumbnail of PEMENTASAN JATHILAN DI JALANAN KOTA SEMARANG : ANTARA SUBSISTENSI DAN KOMODIFIKASI]
Preview
PDF (PEMENTASAN JATHILAN DI JALANAN KOTA SEMARANG : ANTARA SUBSISTENSI DAN KOMODIFIKASI)
Download (1MB) | Preview

Abstract

Keberadaan penari Jathilan di Jalanan menjadikan sebuah bentuk dari adanya perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang mulai kreatif untuk tetap bertahan dalam persaingan hidup yang sangat ketat. Segala upaya digunakan oleh masyarakat untuk bisa bertahan salah satunya dengan menggunakan sebuah hasil kebudayan berupa kesenian khususnya kesenian tari Jathilan. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana proses pementasan tari Jathilan yang ada di jalanan Kota Semarang, (2) Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi para seniman jathilan tersebut menampilkan tarian di jalanan Kota Semarang, (3) Apa dampak yang timbul dari pementasan Jathilan di jalanan pada perkembangan kesenian Jathilan itu sendiri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Informan utama dalam penelitian ini adalah para anggota penari Jathilan yang dinilai lebih paham dan mengerti tentang keadaan sebenarnya dari kelompok Jathilan tersebut, serta informan pendukung dalam penelitian ini adalah masyarakat yang ada disekitar lokasi penelitian. Metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Alat dan teknik pengumpulan data juga keabsahan data dipergunakan dalam penelitian ini. Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknis analisi data kualitatif dengan teknik Triangulasi. Untuk menganalisis temuan-temuan penelitian, digunakan konsep komodifikasi dan subsistensi sebagai landasan analisisnya. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa (1) Pada proses pementasannya terdapat proses Komodifikasi yang dilakukan oleh ketua kelompok dari penari Jathilan yang menggunakan media tarian tradisional khususnya tari Jathilan sebagai alat untuk meraup banyak keuntungan yang sangat relevan dikaji dengan menggunakan teori yang dinyatakan oleh Bauldrillard yang membahas mengenai komodifikasi. Sementara itu pada anggota dari kelompok penari tersebut lebih menonjol kepada terjadinya proses sosial subsistensi yang relevan dikaji menggunakan teori subsistensi milik Rosto. (2) Faktor yang melatarbelakangi para seniman Jathilan melakukan di jalan adalah adanya faktor ekonomi, faktor peluang usaha dan faktor sosial yang berasal dari masyarakat, namun faktor ekonomi menjadi faktor dominan yang menjadi latarbelakang para penari Jathilan melakukan profesi tersebut. (3) Dampak yang yang terjadi dari adanya fenomena penari Jathilan di Jalanan tersebut ialah lebih kepada perkembangan dari tari Jathilan itu sendiri. Masyarakat memandang tari Jathilan menjadi sebuah tarian yang hanya di tarikan secara asal-asalan dan kurang bernilai tinggi. Hal tersebut dikarenakan tempat dan cara menampilkan yang seadanya, menjadikan tari Jathilan sebagai kesenian yang hanya dipandang sebelah mata dan biasa saja. Simpulan dari penelitian ini sebagai berikut: (1) Proses pementasan tari Jathilan menunjukkan perbedaan karakteristik dengan tari tari Jathilan yang ada dalam tradisi masyarakat Jawa, adanya penyederhanaan dalam aspek durasi waktu, alat musik, bentuk tarian, jumlah personil dan aspek-aspek kesakralan dari tari Jathilan tersebut. (2) Faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya fenomena penari Jathilan tersebut ialah faktor ekonomi, faktor adanya peluang usaha serta faktor social yang berasal dari masyarakat, namun dari ketiga faktor tersebut faktor ekonomi menjadi faktor dominan dari penari Jathilan untuk menari Jathilan di jalanan. (3) Dampak yang yang terjadi dari adanya fenomena penari Jathilan di jalanan tersebut ialah terjadi simplikasi atau penyederhanaan dari bentuk dan pementasan tari Jathilan di jalanan, serta hilangnya unsur-unsur kesakralan dari tarian tersebut menjadikan makna sebenarnya dari tarian Jathilan mengalami pergeseran dan tari Jathilan di jalan sekarang ini hanya terlihat sebagai komoditas atau dagangan semata guna meraup banyak keuntungan. Saran yang di ajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Pemerintah Kota Semarang selayaknya memberikan perhatian khusus berkenaan dengan adanya fenomena penari Jathilan yang ada di Kota Semarang. Selain itu pemerintah memberikan promosi-promosi dalam bentuk penyelenggaraan lomba-lomba yang bernuansa pagelaran budaya agar masyarakat yang tidak mengetahui mengenai tarian yang ada di Jawa menjadi lebih mengerti, sehingga para generasi muda ikut serta dalam melestarikan hasil kebudayaan leluhur tersebut. (2) Para penari Jathilan jalanan khususnya yang ada di Kota Semarang sebaiknya lebih bijak dalam menggunakan hasil kebudayaan yang merupakan warisan budaya bangsa dengan cara tidak menghilangkan unsur-unsur dari makna yang sebenarnya. Selain itu, sebagai wujud melestarikan budaya Jawa sebaiknya para penari melengkapi tariannya dengan menggunakan replika kuda lumping yang merupakan ciri khas dari tari Jathilan itu sendiri.

Item Type: Thesis (Under Graduates)
Uncontrolled Keywords: Jathilan, Komodifikasi, Pementasan, Subsistensi
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology
Fakultas: Fakultas Ilmu Sosial > Pendidikan Sosiologi dan Antropologi, S1
Depositing User: budi Budi santoso perpustakaan
Date Deposited: 01 Nov 2013 15:53
Last Modified: 01 Nov 2013 15:53
URI: http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/18554

Actions (login required)

View Item View Item