CORAK GEMEINSCHAFT PUNGUAN PARSAHUTAON DOS ROHA DALAM RELASI SOSIAL MASYARAKAT BATAK PERANTAUAN DI TEGAL
Eli Nova Silalahi, 3401409029 (2013) CORAK GEMEINSCHAFT PUNGUAN PARSAHUTAON DOS ROHA DALAM RELASI SOSIAL MASYARAKAT BATAK PERANTAUAN DI TEGAL. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.
Preview |
PDF (CORAK GEMEINSCHAFT PUNGUAN PARSAHUTAON DOS ROHA DALAM RELASI SOSIAL MASYARAKAT BATAK PERANTAUAN DI TEGAL)
Download (1MB) | Preview |
Abstract
Masyarakat Batak perantaun semakin lama semakin bertambah di Tegal, sehingga masyarakat Batak ini perlu untuk membuat perkumpulan yang tujuannya untuk dapat saling mengenal dan saling bantu membantu.Perkumpulan merupakan suatu kelompok sosial yang sering ditemui pada lapisan masyarakat guna membina hubungan sosial. Perkumpulan dapat juga disebut paguyuban dalam istilah sosiologi lebih dikenal sebagai gemeinschaft. Punguan Parsahutaon Dos Rohamerupakan salah satu paguyuban yang berada di desa Mejasem kabupaten Tegal. Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) mengetahui latarbelakang terbentuknya Punguan Parsahutaon Dos Roha, (2) mengetahui bentuk relasi sosial yang terjadi antar anggota dalam Punguan Parsahutaon Dos Roha. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Lokasi penelitian ini berada di desa Mejasem kabupaten Tegal. Penulis memilih lokasi ini karena desa Mejasem memiliki keberagaman sosial baik suku, etnik dan agama. Selain itu masyarakat Batak perantauan di desa Mejasem masih mengutamakan hubungan sosial terutama berdasarkan ikatan kekerabatan marga, terbukti adanya Punguan Parsahutaon Dos Roha ini yang mewadahi masyarakat Batak perantauan di desa Mejasem yang mana merupakan bagian dari kabupaten Tegal. Subjek penelitian adalah masyarakat Batak perantauan yang ikut dalam Punguan Parsahutaon Dos Roha. Pengumpulan data memakai observasi, wawancara, dokumentasi. Analisis data memakai metode analisis data kualitatif yang terdiri atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Punguan Parsahutaon Dos Roha terbentuk karena adanya keinginan dari masyarakat Batak perantauan di Mejasem. (1) Punguan dijadikan sebagai wadah meningkatkan solidaritas sosial antar sesama masyarakat Batak dan untuk melestarikan adat istiadat suku Batak. Punguan ini diartikan sebagai paguyuban masyarakat Batak dimana masyarakat Batak berkumpul untuk menjalin tali persaudaraan. Punguan Parsahutaon Dos Roha terbentuk atas dasar satu wilayah di desa Mejasem dan juga senasib sebagai masyarakat Batak yang merantau di Tegal. Punguan ini hanya boleh diikuti oleh masyarakat Batak yang tinggal di desa Mejasem. (2) Bentuk relasi sosial yang terjadi antar anggota adalah saling membantu di setiap peringatan-peringatan yang digelar anggotanya, seperti ketika ada yang meninggal Punguan wajib mempersiapkan segala yang dibutuhkan dan perwakilan dari anggota memberikan ulos kepada keluarga yang berduka. Pada saat ada yang menikah juga angota Punguan saling membantu dan salah satu perwakilan dari Punguan Parsahutaon Dos Roha juga memberikan ulos. Ulos merupakan simbol suku Batak yang juga sering digunakan pada tradisi-tradisi suku Batak. Ulos berarti lambang kehormatan dan juga ibarat pemberi kehangatan karena daerah di Sumatera yang kerap dingin. Punguan Parsahutaon Dos Roha juga berpartisipasi ketika anggota ada yang sakit dan acara kelahiran anak. Simpulan yang dapat ditarik adalah (1) Latar Belakang terbentuknya Punguan Parsahutaon Dos Roha meliputi: adanya kesamaan nasib sebagai perantau di Mejasem, melestarikan adat istiadat suku Batak, mengobati kerinduan untuk berkumpulnya bersama saudara di kampung halaman sehingga berkumpul dengan masyarakat Batak dalam punguan seperti berkumpul bersama saudara kandung sendiri. (2) Relasi yang terbentuk antar anggota dalam Punguan Parsahutaon Dos Roha bersifat assosiatif dan disosiatif. Assosiatif meliputi adanya partisipasi Punguan pada acara-acara penting masyarakat Batak di Mejasem. Ketika ada yang meninggal anggota Punguan Parsahutaon Dos Roha yang rumahnya paling dekat dengan kediaman yang sedang berduka berkewajiban menyediakan rumahnya sebagai tempat berkumpulnya anggota lainnya untuk memasak hidangan baik untuk keluarga yang sedang berduka juga untuk para pelayat. Anggota lainnya juga ikut berpartisipasi membantu mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan pada saat acara meninggal. Pada saat acara pernikahan perwakilan Punguan memberikan ulos kepada mempelai dan juga ikut mempersiapkan acara pernikahan tersebut. Ketika ada anggota yang baru melahirkan anggota lainnya pun tak segan membantu serta ikut mempersiapkan acara doa bersama bagi kelahiran anak tersebut. Disosiatif juga terlihat pada saat anggota punguan pernah mengalami perselisihan. Punguan tidak diikutsertakan ketika anggotanya sedang berselisih, anggota yang berselisih harus menyelesaikan konfliknya sendiri tanpa harus mengkaitkan dengan punguan. Saran Bagi seluruh pengurus dan anggota penulis menyampaikan pada saat pertemuan rutin berlangsung agar Punguan Parsahutaon Dos Roha lebih menambah kegiatan sosial, sehingga Punguan memiliki agenda tambahan selain itu penulis juga berharap seluruh pengurus dan anggota agar tetap menjaga solidaritas sosial tanpa menghilangkan tradisi sekecil apapun yang ada di kampung halaman untuk diterapkan di tanah perantauan sehingga dapat menambah pengetahuan bagi anggota yang kurang memahami dan tetap membantu melestarikan tradisi suku Batak.
Item Type: | Thesis (Under Graduates) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Batak Perantauan, Punguan, Relasi Sosial |
Subjects: | H Social Sciences > HM Sociology |
Fakultas: | Fakultas Ilmu Sosial > Pendidikan Sosiologi dan Antropologi, S1 |
Depositing User: | Users 22790 not found. |
Date Deposited: | 28 Oct 2013 16:41 |
Last Modified: | 28 Oct 2013 16:41 |
URI: | http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/18030 |
Actions (login required)
View Item |